TRITANGTU: KONSEP FALSAFAH SUNDA BUHUN

2. Apa yang disebut atau yang dimaksud dengan Tangtu ?Namun sebelum menjawab 2 pertanyaan diatas, ada baiknya kita membahas terlebih dahulu mengenai apa yang disebut BUDAYA, oleh karena Tri Tangtu ini sangat erat melekat dengan Budaya Sunda.
Kita ketahui , bahwa banyak sekali cerita dan pengertian mengenai apa yang disebut budaya, namun tidak ada salahnya kalau saya mencoba menambahkan satu lagi kriteria budaya ini, mudah-mudahan bisa diterima oleh semua.
Singkatnya pengertian-pengertian diatas menjadi..- Gusti Anu Asih
– Alam anu Ngasah
– Manusa anu Ngasuh,ngasuh Kujur, Batur jeung Lembur.
Asih-Asah-Asuh ini kita kenal sebagai dasar dari kehendak Tuhan atau hukum alam adalah hukum Tuhan,inti dari hukum alam adalah hukum pasti atau Tangtu.Pasti atau Tangtu ini terkandung didalam proses wiwitan dan didalam hukum sebab akibat yang dalam istilah Sunda disebut hukum Pepelakan.
Didalam pantun-pantun dan mantra-mantra Sunda kerap kita dengar ada tiga unsur di alam kahiyangan atau alam gaib yaitu Wenang, Kala, Wening.Wenang: sesuatu yang hanya dimiliki Tuhan atau otoritas Tuhan ,sehingga semesta ini disebut alam pawenangan.
Rama : Representasi dari unsur Tuhan yang dimanifestasikan dalam tugas Rama yaitu bidang Spritual, dimana seorang rama ini adalah manusia yang sudah meninggalkan kepentingan yang bersifat duniawi dan lahiriah, sehingga bisa menjaga rasa asih yang tinggi dan bijaksana.
Leluhur telah berpesan ;TEUDEUN DI HANDEULEUM SIEUM, TUNDA DI HANJUANG SIANG, TUNDA ALAEUN SAMPEUREUN JAGA.
Kita ambil contoh bahwa nabi Muhammad SAW mereformasi masyarakat Arab yang Jahiliyah dengan kembali pada ajaran leluhurnya yaitu Ibrahim A.S. sehingga menghasilkan masyarakat yang sejahtera yaitu masyarakat madani.
PIWEJANG KARUHUN SUNDA (SANGHIYANG SIKSA KANDANG KARESIAN)Naskah Sanghyang Siksakandang Karesianberjumlah 30 lembar, ditulis pada tahun 1440 Saka (1518 M). Naskah ini disimpan di Museum Pusat dengan nomor kode Kropak 630 (Mansukrip Sunda B) Sebagian isi dari naskah dapat diuraikan sebagai berikut :
1.Telinga
2.Mata
3.Kulit
4.Lidah
5.Hidung
6.Mulut
7.Tangan
8.Kaki
9.Tumbung (Dubur)
10.Alat kelamin (Purusa)Jika 10 bagian tubuh tersebut tidak dijaga dapat mendatangkan musibah (dora bancana) tetapi bila digunakan dengan benar dapat membawa kesejahteraan (dasa kereta). Dahulu para paraji (dukun bayi) selalu membisikan wejangan pada telinga kiri bayi sesudah dimandikan “Ulah sadengena mun lain dengekeunana” (janganlah mendengar apa apa yang tidak pantas di dengar)2. Dasa Prebakti
Ajaran ini menuntut ketataan seseorang pada orang lain karena kedudukannya, seperti : anak taat pada orangtua, istri taat pada suami, murid taat pada guru. Ini dimaksudkan agar kehidupan bermasyarakat dan bernegara dapat berjalan dengan baik dan lancar.
–Tadaga kang carita hangsa (Ingin tahu tentang telaga, tanyalah angsa
–Gajendra carita banen (Ingin tahu tentang hutan, tanyalah gajah)
–Matsyanem carita sagarem (Ingin tahu tentang laut, tanyalah ikan)
-Puspanen carita bangbarem (Ingin tahu tentang bunga, tanyalah kumbang)
“Jaga rang hees tamba tunduh, nginum twak tamba hanaang, nyatu tampa ponyo, ulah urang kajongjonan. Yatnakeun maring ku hanteu” (Hendaknya kita tidur sekadar penghilang kantuk, minum tuak sekadar penghilang haus, makan sekadar penghilang lapar, jangan berlebihan. Ingatlah bila suatu saat kita tidak memiliki apa apa).
(Jika ada orang yang memuji kita, lalu sadarlah, kembalikan kepada pemuji, janganlah sekali kali mengharapkan pujian orang lain. Bila kita senang dipuji, sama halnya dengan galah panjang diberi sambungan sampai tidak dapat digunakan karna terlalu panjang).
1.Cermat
2.Teliti
3.Rajin
4.Tekun
5.Cukup Sandang
6.Bersemangat
7.Berpribadi pahlawan
8.Bijaksana
9.Berani Berkorban
10.Dermawan
11.Gesit
12.Cekatan11. Parigeuing dan Dasa pasanta Dalam kehidupan masyarakat Jawa Barat tradisional ada 3 posisi yang menjadi tonggak kehidupan, yaitu Rama (Pendiri kampung dan Pemimpin masyarakat) Resi (Ulama atau Pendeta) Prabu (Raja yang memiliki kekuasaan) Dalam naskah, dianjuran agar orang berusaha memiliki wibawa seorang prabu, ucapan seorang rama dan tekad seorang resi.
sumber : http://khabariann.blogspot.co.id/2013/03/tritangtu-konsep-falsafah-sunda-buhun.html