Sajarah Banten I

Bagikan postingan

Sumber seratan tina buku Sejarah dan Obyek Spiritual Banten oleh Tb Ismet,
Sejarah Syech Mansur Cikadueun

 

SALAKANAGARA

ada tahun 130 M di daerah Gunung Pulosari, Pandeglang, Banten hidup seorang tua yang bernama Aki Tirem, beliau kedatangan seorang tamu dari India bernama Dewawarman. Dewawarman terusir dari negaranya di India akibat perang saudara, dia kemudian menikah dengan cucu Aki Tirem yang bernama Nyai Pohaci kemudian berdiri sebuah kerajaan pertama di Nusantara yang ber- nama Salakanagara adapun lokasinya adalah sekitar gunung Pulosari Pan deglang. Kemudian keturuanan dari Salakanegara ini berkembang menjadi kerajaan besar di Nusantara seperti Tarumanegara, Sriwijaya, Kutai, dll.

Jika melihat silsilah kerajaan-kerajaan di Nusantara seperti Padjajaran, Majapahit, Sriwijaya, dll, disitu akan terlihat leluhur raja-raja seperti leluhur Prabu Siliwangi Maharaja ing Tatar Sunda yang merupakan kakek dari sinuhun Sunan Gunung Jati disebutkan dalam babad cirebon beliau itu adalah keturunan dari Parikesit anak Abimanyu anak Arjuna anak Pandudewanata yang merupakan penguasa Kerajaan Hastinapura.

Jika silsilah di atas benar (?) maka ada kemungkinan Dewawarman itu adalah keturunan Arjuna (jika kisah Mahabarata itu kisah nyata). Hanya sayang cerita tentang Kerajaan Salakanegara ini sangat minim dan dalam sejarah nasional tidak disebut, selama ini kerajaan tertua adalah Taruma- negara dan Kutai padahal peninggalan Salakanegara ada di gunung Pulosari.

Berbicara tentang gunung pulosari, gunung ini merupakan tempat bersejarah bagi kerajaan di tatar sunda karena di tempat ini juga kerajaan terbesar di Tatar Sunda yaitu Padjajaran berakhir, karena setelah penyerbuan Banten ke
Pakuan Padjajaran, ibukota Padjajaran berpindah ke tempat ini. Kerajaan Banten

Selama kurang lebih 1400 tahun setelah kerajaan Salakanagara di Banten tidak ada kerajaan besar berdiri baru sekitar tahun 1552 berdiri Kesultanan Banten dengan rajanya Maulana Hasanudin anak dari sinuhun sunan Gunung Jati
Cirebon.

Prabu Siliwangi yang merupakan Maharaja tatar sunda mempunyai beberapa anak dari kentring Manik Mayang sunda yang merupakan anak dari Prabu Susuk Tunggal yaitu Prabu Sangyang Surawisesa yang merupakan raja di Pakuan, Sang Surosowan yang dijadikan adipati di pesisir Banten. Dari Sang surosowan mempunyai 2 orang anak yaitu . Sang Arya Surajaya dan nyai Kawung Anten. Dalam babad Cirebon disebutkan ketika Syarif Hidayattulah baru datang dari
Mesir dan singgah di cirebon menemui Uwa-nya bernama Pangeran Cakrabuana,  mereka pergi ke Banten untuk menyebarkan agama Islam. Di Banten Syarif Hidayattulah kemudian menikah dengan Nyai Kawung Anten yang merupakan anak dari Sang surosowan jadi mereka itu adalah sama-sama cucu dari Prabu siliwangi hanya lain ibu. Dari hasil perkawinan mereka mempunyai anak Maulana Hasanudin lahir tahun 1478 Masehi, yang merupakan penyebar agama Islam di Banten dan penguasa (Sultan Banten I).

Di samping Maulana Hasanudin di Banten ada seorang ulama yang lebih dahulu menyebarkan agama Islam yaitu Syech Muhammad Soleh di Gunung Santri, Cilegon, beliau pula yang ikut mendampingi Sultan Maulana Hasanudin
meyebarkan Islam di Banten. Maulana Hasanudin mempunyai nama lain yaitu Pangeran Sabakingkin yang diberikan oleh kakeknya Sang surosowan ada juga yang memanggil dengan Seda Kinkin yaitu Seda (rakyat berduka) Kinkin (rindu akan kebijaksanaan) ketika beliau meninggal rakyat merasa bersedih. Ketika Sang surosowan (nantinya nama beliau menjadi nama keraton) meninggal dalam usia muda beliau digantikan oleh anaknya Arya surajaya ketika itu ibukota Banten letaknya di pedalaman dengan sungai atau lebih dikenal dengan Banten Girang. Pangeran Sabakingkin walaupun seorang keluarga kerajaan tetapi beliau lebih dikenal seorang guru agama Islam yang hidup dengan rakyat biasa, maka dari itu wibawa beliau mengalahkan Ua-nya yang menjadi penguasa di Banten. suatu ketika beliau menerima kurir dari Bapaknya sunan Gunung Jati yang menyebutkan adanya Pasukan Cirebon+Demak yang dipimpin Fadilah Khan (Fatahillah) sedang berlayar ke Banten dalam rangka mengusir Portugis di sunda Kelapa. Sebelum pasukan Cirebon datang Maulana Hasanudin membuat kerusuhan di Banten yang mengakibatkan mengungsinya penguasa Banten Girang (Aria surajaya) ke Pakuan, Banten berhasil ditaklukan sebelum Cirebon
datang. Mengenai penguasa Banten, disamping Aria surajaya ada juga yang menyebut Prabu Pucuk Umun, Salaka Domas. Apakah mereka itu orang yang sama atau berbeda kurang diketahui keberadaannya. Dalam babad Banten disebutkan ketika Maulana Hasanudin menyebarkan agama islam beliau mendapat tantangan adu ayam jago dari Prabu Pucuk Umun di lereng gunung karang, jika ayamnya kalah maka Prabu Pucuk Umun akan memberikan kerjaan Banten ke Maulana Hasanudin dan Prabu Pucuk Umun ternyata kalah, beliau beserta pengikutnya mengungsi ke Banten Selatan dan Maulana Hasanudin memberikan izin agar daerahnya tidak diganggu mereka lebih dikenal dengan suku Badui. Adapun asal muasal kata Banten ialah dari masuknya agama Islam bagi masyarakat Banten merupakan dampak yang sangat baik dan harus disyukuri. Hal ini ibarat masyarakat Banten pada waktu itu seperti “kejatuhan intan” atau “Katiban Inten” dari sini muncul istilah “Banten”, ada juga yang mengambil kata dari “Bantahan” karena dari dahulu orang Banten dikenal orang yang keras suka mem”bantah” melanggar aturan agama dan negara mungkin dari Bantahan itu muncul kata Banten, terkahir ada juga yang mengkaitkan dengan nama sebuah
sungai yang mengalir di kota Serang bernama “Cibanten”

sumber : arsip yahoogroups

Comments are closed.