KITAB-KITAB TASAWUF
Sayidina al Habib Idrus bin Umar al Habsyi RA mengatakan:
Beliau juga menghikayatkan bahwa salah satu tokoh ulama besar
mengatakan, “Siapa yang hendak mencari cahaya maka carilah dalam kitab Qutul Qulub karya Abu Thalib al Makki, dan siapa yang mencari
ilmu, carilah dalam kitab “Ihya” karya Imam Ghazali,”
*Kitab-kitab Imam Ghazali*
Sayyidina Syaikh al Quthb al Habib Abdullah bin Abu Bakar Alaydrus RA
mengatakan:
“Siapa yang menghendaki jalan menuju Allah dan rasul-Nya serta keridhoan Keduanya hendaknya ia mempelajari kitab-kitab Imam Ghazali. Terlebih kitab beliau yang bagaikan samudra luas yaitu *Ihya Ulumuddin*. Ini adalah kitab yang menjadi keajaiban dunia, di dalamnya terkumpul semua rahasia. Pelajari pula kitab Bidayah al Hidayah, di dalamnya terdapat kunci ketakwaan. Dalam kitab Arbain al Ashl terdapat penjelasan mengenai jalan yang lurus. Kitab “Minhajul Abidin” mencakup jalan
menuju Allah, dan kitab “Al Khulashoh” dalam fiqih di dalamnya
terdapat cahaya.”
*Kitab Ihya ulumiddin*
Sayyidina Syaikh Quthb al Habib Abdullah bin Abu Bakar Alaydrus RA
mengatakan mengenai kitab Ihya:
“Kita tidak memiliki manhaj selain Al Kitab dan Sunnah. Dan penjelasan
keduanya telah disebutkan oleh seorang raja para penulis, mujtahid yang tersisa, hujjatul Islam al Ghazali dalam kitabnya yang menjadi keajaiban dunia dan sangat agung yang dinamakan “Ihya Ulumiddin”. Kitab ini adalah ungkapan dari penjelasan al Kitab dan as Sunah, At Thoriqoh dan Haqiqoh. Andai Allah menghidupkan kembali orang-orang mati pastinya mereka akan mewasiatkan kepada orang yang hidup untuk mempelajari apa yang ada dalam “Ihya”. Aku bersaksi kepada Allah baik secara rahasia atau secara terang terangan bahwa siapa yang mempelajari *ihya* maka ia termasuk golongan orang yang mendapatkan petunjuk.”
Imam Nawaawi Ra mengatakan:
كاد الاحياء أن يكون قران
Hampir saja kitab *ihya* menjadi Al Quran
Sayidina al Habib Abdullah al Haddad menjelaskan makna perkataan ini:
“Ini tidak lain karena banyaknya kandungan al Quran di dalam kitab Ihya ketika membawakan dalil. Atau karena Ihya adalah kitab yang membuat orang tidak mampu membuat yang serupa, maka ia diserupakan dengan al Quran dari segi ini. Dan pendapat kedua ini yang lebih dekat. Maksudnya bahwa ihya ditulis berbeda dengan kitab-kitab yang terdahulu dan sulit bagi generasi setelahnya untuk membuat karya yang serupa dengan ihya.”
*Kitab Al Arbain fi Ushulid Din*
Imam Abdullah Al Haddad RA mengatakan mengenai karya Imam Ghazali ini:
“Kitab *al Arbain al Ash* di dalamnya disebutkan beberapa hal yang tidak
ada dalam kitab Ihya. Ini adalah kitab yang agung yang dinamakan oleh
Syaikh Abdullah al Aidrus dengan sebutan, “Jalan yang Lurus”. Di dalam
kitab-kitab Imam Ghazali terdapat khasiat yaitu menarik hati untuk hadir
bersama Allah dengan khusus bukan dengan sekedar ilmu.
Imam Al Haddad RA juga mengatakan:
Kitab al Arbaina al Ashl karya Imam Ghazali termasuk kitab yang
bermanfaat dalam agama baik bagi para pemula ataupun yang sudah mencapai puncak.
*Risalah Quds fi Munashohatin Nafsi*
Karya Syaikh Muhammad Ibnu Arobi demikian pula (bermanfaat bagi pemula dan yang sudah mencapai puncak). Kitab ini ditulis pengarangnya di Mekah Mukaromah, disebutkan bahwa penulisnya menthawafkan kitab ini di Kakbah tujuh kali. Di dalamnya tidak ada perkara-perkara yang musykil. Maka seyogyanya bagi penempuh jalan menuju hakikat untuk banyak mempelajari dua kitab ini (Arbain dan Risalah Quds) untuk mencari manfaat di jalan
Ahlil Hak wal Ittiba.”
*Bidayatul Hidayah*
Habib Ali bin Muhammad al Habsyi mengatakan:
*Bidayatul Hidayah *adalah kitab yang agung. Mengumpulkan ilmu zahir dan
batin. Ini adalah permulaan yang menyampaikan seorang kepada puncak. Kitab ini telah menyampaikan banyak orang yang mengamalkannya kepada berkumpul dengan Nabi SAW secara sadar. Para salaf kita saling berjanji untuk mengamalkan isi Bidayah. Diceritakan ada tiga orang yang tinggal di Madinah Munawaroh saling berjanji untuk mengamalkan Bidayah yaitu Habib Abdurahman bin Musthofa Alaydrus, Habib Syaikh bin Muhammad al Jufri dan Habib Abu Bakar bin Husain Bilfaqih. Mereka semua memenuhi janjinya sehingga dapat berkumpul dengan Nabi SAW dalam keadaan terjaga.
Sayyidina Al Quthb Abdullah bin Alwi al Haddad mengatakan:
Hendaknya engkau mempelajari kitab-kitab Imam Ghazali sesuai dengan
keadaanmu. Jika engkau termasuk pemula maka bacalah Bidayah, kemudian
”Arbainal Ashl”, Kemudian “Minhajul Abidin.” Jika engkau memiliki
pengetahuan dan kefahaman dalam ilmu barulah mempelajari *Ihya*. Jika
engkau tidak dapat mengamalkan Bidayah, maka katakan pada dirimu, “Tidak ada keraguan lagi, jika aku tidak mampu mengamalkan yang sedikit maka aku tidak akan mampu mengamalkan yang banyak.”
*Qutul Qulub*
Imam Abdullah Al Haddad mengatakan: “Hendaknya kalian mempelajari kitab *Qutul Qulub* karya Syaikh Imam Abu Thalib al Makki. Karena ini adalah kitab yang menyeluruh dan bermanfaat. Syaikh Sahrowardi penulis kitab al
Awarif menamakan kitab Qutul Qulub ini dengan Diwanul Islam. Inilah
kitab yang mengumpulkan kitab-kitab dan paling bermanfaat di fannya
setelah Ihya Ulumiddin.”
*Kitab-kitab Tasawuf lain*
Al Habib Ahmad bin Hasan al Athas ketika ditanya mengenai kitab yang
seyogyanya di baca, beliau menjawab:
“Bacalah Bidayah, al Adzkar (Karya Imam Nawawi), dan Minhaj (at
Tholibin karya Imam Nawawi dalam Fiqih). Sesungguhnya Habib Abdullah al Haddad mengatakan: Membaca kitab Minhaj (Karya Imam Nawawi) dalam Fiqih, Ihya dalam Tasawuf, Al Baghowi dalam Tafsir, Mulhah dalam
Nahwi, dan kitab-kita Ibnu Hisyam (dalam nahwu) termasuk sesuatu yang
dapat menghasilkan futuh (keterbukaan) dengan membacanya, dan membuat ruh naik tingkatannya.”
Habib Ahmad bin Muhammad al Habsyi Shohibus Syiib Ra mengatakan:
Ada tiga nikmat yang dikhususkan bagi para mutaakhirin yaitu *Syarah
Hikam karya Ibnu Abbad, Qoshidah-Qoshidah al Faqih Umar Bamakhromah, dan Kopi.”
Sebagian ulama mutaakhirin mengatakan bahwa beliau menambahkan kitab-kitab Al Habib Abdullah bin Alwi al Haddad RA dari ketiga hal ini.
Al Habib Idrus bin Umar al Habsyi meriwayatkan bahwa Habib Abdullah Al Haddad selalu meminta tiga kitab dibacakan kepada beliau. Jika tiga
kitab ini khatam maka beliau memerintahkan untuk mengulangi membaca dari awal. Yaitu kitab Riyadhus Sholihin (Karya Imam Nawawi RA), Maqolun
Nashihin (Karya Syaikh Muhammad bin Umar Bajamal) dan “Syarah
Hadiqoh” karya Syaikh Muhammad bin Umar Bahroq.”
Imam al Habib Ahmad bin Umar bin Sumaith mengatakan:
“Kami wasiatkan kepada kalian empat kitab , lazimilah empat kitab ini.
Kitab Al Hadiqoh al Aniqoh karya Syaikh Imam Muhammad Bahroq, Kitab
*Maqolun Nashihin* karya Syaikh Muhammad bin Umar Bajamal, dua kitab ini senantiasa dibacakan di majlis Habib Abdullah al Haddad jika yang satu selesai dibaca maka dilanjutkan dengan yang kedua. Kemudian kitab Durr Ats Tsamin karya Habib Abdulqodir bin Syaikh Alaydrus yang dikatakan oleh Habib Abdullah al Haddad dalam Ainiyah “Abdul Qodir yang penuh dengan ilmu” Yang keempat Ithafun Nabil karya Imam Thohir bin Husain nafa`anallahu bih.”