Oleh: Anfas Kusumu Al-Akhyar
Dalam waktu 24 jam manusia dituntut untuk mengosongkan qulub dari selain Alloh dengan Dzikrulloh, Ini sesuai dengan Isyarat dari kalimat Laa illaaha illallohu Muhammadur Rosulullohi yang berjumlah 24 huruf. Maka disinilah peranan seorang pembimbing ruhani yaitu seorang Guru Mursyid yang berhak menanamkan bibit tauhid kedalam ruh seseorang, sehingga ruhnya mengenal Alloh.
Pengosongan qulub dari selain Alloh dengan dzikir adalah syarat utama bagi amal yang dapat diterima oleh Alloh. Dengan alat dzikir itulah dapat membersihkan raga, jiwa dan Ruh ( nyawa ).
Mengenai cara membersihkan raga ialah menyucikan hadast besar dan kecil, dan cara membersihkan jiwa adalah dengan mengendalikan bersitan-bersitan hawa nafsu, bisa dengan puasa.
Sementara cara membersihkan Ruh ( nyawa ) ialah ia harus mampu menggunakan ilmu GALIHENG KANGKUNG ( ISI BAGIAN DALAM KANGKUNG ) dengan Alat Dzikrulloh yang ditanam oleh seorang Wali Mursyid kamil mukamil. Dan inilah yang terimplisit dibalik ayat berikut: ” Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Alloh. Ingatlah, hanya dengan mengingati Alloh-lah hati menjadi tentram”. ( QS ARR’AD AYAT 28 )
Dengan demikian, barangsiapa yang sudah mampu (mengistiqomahkan) mengisi lubang-lubang jantung tersebut, maka dia sudah mampu mengamalkan ilmu GALIHENG KANGKUNG. Dan barang siapa yang sudah mampu mengamalkan ilmu ini, maka dia sudah betul-betul ikhlas. Artinya dia sudah benar-benar mampu berakhlaq dengan akhlaq Ahli LAA ILAAHA ILLALLOH.
Orang yang mengistiqomahkan dzikir khofi itu secara otomatis mengisi tiga lubang, yaitu:
1. Lubang yang menjadi tempat huruf ( Ismu Dzat )
2. Lubang yang menjadi tempat nafsu (nafsu positif dan nafsu negatif)
3. Lubang yang menjadi tempat At-Tauhid ( meng-Esakan )
Kesemuanya itu telah ditanam dan diisi oleh seorang Mursyid ketika kamu mau mengambil talqin dzikir itu. Sehingga kamu akan mampu untuk mengisi lubang-lubang tersebut secara otomatis.
Dan barangsiapa yang mengistiqomahkan dzikir khofi tersebut, maka kamu sudah mampu mengamalkan ilmu GALIHENG KANGKUNG ( Isi bagian dalam kangkung ). Dan barangsiapa yang ingin do’anya diijabah oleh Alloh, diterima hajatnya oleh Alloh, maka kita harus bisa mengosongkan lubang yang ketiga tersebut dari selain Alloh. Kemudian lubang-lubang itu diisi dengan dzikir yang berwasilah (dzikir yang ada tuntunannya).
Maka carilah dzikir yang seperti itu, jika kita ingin menjadi orang yang ahli taqwa. Tidak ada yang lain kecuali seorang Wali Mursyid. Carilah dia dan temukanlah ? karena beliau lah Guru yang mampu mengajar raga, jiwa dan nyawa, Guru yang mampu membakar semua dosa melalui dzikir.Nabi bersabda:
Bertaqwalah kamu dimanapun kamu berada, dan ikutkanlah kejahatan dg kebaikan yg bisa menghapusnya. Kemudian, berakhlaqlah kamu kepada manusia dg akhlaq yg baik ( HR AHMAD, AL HAKIM, ALBAIHAQIE DARI ABI DZARRIN, AHMAD, TARMIDZI, AL BAIHAQIE DARI MU’ADZ, IBNU ‘ASAKIR DARI ANAS )
Kemudian kamu meyakini apa yang diberikan oleh seorang Wali Mursyid tersebut sebagai obor ( penerang ) dalam hidup mu. Pasti kamu akan selamat dunia dan akherat. Selanjutnya jika kamu sudah menemukan Guru Mursyid yang seperti itu, Insya Alloh kamu akan menjadi orang yang Ahli Taqwa kepada Alloh. Wallohu A’lam.
MENEMPATKAN KHUSYU DIDALAM PANCA INDRA
Ketika kita mengambil talqin dari seorang mursyid, adalah menyatukan raga, jiwa dan nyawa dikenalkan dengan dzikir, hakikatnya adalah mengenalkan ruh kita kepada ALLoh. Secara otomatis kita dilatih untuk menempatkan khusyu didalam panca indra artinya mengistiqomahkan dzikir tersebut. Lisan berdzikir, hati dan akalpun ikut bebarengan ( bersama-sama ) berdzikir dan inilah yang diisyaratkan oleh ayat berikut:
alam ya/ni lilladziina aamanuu an takhsya’a quluubuhum lidzikrillaahi wamaa nazala mina lhaqqi walaa yakuunuu kalladziina uutuu lkitaaba min qablu fathaala ‘alayhimu l-amadu faqasat quluubuhum wakatsiirun minhum faasiquun
Artimya: Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik. ( QS AL-Hadiid ayat 16 )
Dengan demikian kita dituntut supaya bisa ” Huduu’ul Khusyuu’i Bilkhowasil Khomsi ” ( menempatkan khusyu didalam panca indra ).
Artinya ada penglihatan jangan dilihat, ada suara jangan dihiaraukan, ada aroma jangan dicium, ada rabaan jangan diraba, ada rasa jangan dirasakan, bersedakep, menghadap, mantaf dan yakin, serta menutup sembilan lubang ( 2 mata, 2 telinga, 2 lubang hidung, mulut, dubur dan qubul ) dengan dzikir. Sehingga menentramkan panca indra yang ada didalam raga, jiwa dan nyawa.
PINTU ANGIN (LUBANG ANGIN)
Jika kita ingin mengetahui hakikat kehidupan ini, maka carilah Pintu Angin ( Lubang Angin ) kalau orang jawa menyebutnya Lawanging Angin. Pintu itu ada didalam keluar masuknya pernafasan kita. Tidak akan dapat ditemukan pintu angin itu tanpa seorang Guru yang ahli dibidangnya ( Guru Pembimbing Ruhani )
Bila kita sudah menemukan seorang Pembimbing Ruhani ( Wali Mursyid ), maka pasti kita akan mengenal hakikat Pintu Angin tersebut. Sebab pintu angin itu ada didalam hakikat nafsu kita.
Dengan ditemukannya Pintu Angin yang terdapat didalam hakikat nafsu inilah, lahir ajaran yang disebut THORIQOH untuk menyiasati Nafsu yang Negatif sehingga menjadi nafsu yang Positif ( Nafsu yang diridhoi oleh Alloh ). Sehingga kita akan memperoleh kebahagiaan yang besar didunia dan diakherat, itulah hakikat Islam yang kaffah.
Islam yang kaffah adalah orang yang senantiasa ta’at (dawamuth Thoo’ati) berdasarkan Al Qur’an dan hadist, sesuai dengan petunjuk rosululloh.
Alloh berfirman : yaa ayyuhaalladziina aamanuu athii’uullaaha wa-athii’uu rrasuula waulii l-amri minkum fa-in tanaaza’tum fii syay-in farudduuhu ilaallaahi warrasuuli in kuntum tu/minuuna bilaahi walyawmi l-aakhiri dzaalika khayrun wa-ahsanu ta/wiilaa
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. ( QS An-Nisa’ ayat 59 )
Semoga tulisan ini dapat menambah wawasan kita yang sedang belajar dzikir, belajar mengamalkan amanah dari Guru.
Wallahu A’lam Bishawab